Slideshow

Please support us by Click this adsense

Cita-Citaku Kandas Oleh Sekolahku

Let's Share...

Inilah sebuah kisah nyata yang dialami oleh teman adikku yang berinisial AAR.
Oh Tuhan Lihatlah Cita-citaku yang begitu tinggi saya ingin jadi seorang Dokter, Dokter adalah sebuah cita-cita mulia oh Tuhan Cita-Citaku kandas Oleh Sekolah S*** (SMU Negeri ****).

Saya adalah partisipan sekolah tersebut yang tidak punya kekuasaan apapun untuk mengubah sebuah peraturan mulia sekolah. Saya hanya seorang manusia biasa yang ingin mengubah batu menjadi debu.

Kepada para pembaca yang mulia, saya akan menceritakan AAR ini. Inilah ceritanya:

Berangkat dari masa kecilku, ketika kecil saya pernah mengalami hal yang aneh yaitu kaki saya terkena suatu penyakit kulit, kemudian berangkatlah ke Dokter dengan ayah saya. Anak kecil seorang pedagang ini melihat kaki dia tak disentuh dokter sama sekali tetapi harus membayar 200 rb (akhirnya sembuh) dan Wow anak kecil yang masih lugu pun tertarik untuk menjadi seorang dokter. Mungkin ini alasan sepele tapi karena alasan inilah saya selalu menyempatkan diri untuk membaca buku kedokteran. Saya ingin ke kedokteran UGM.

Akhirnya masa SMA pun tiba, saya masuk ke dunia sekolah tepatnya SMUN *** . Saya belajar dengan suasana baru dengan peraturan-peraturan mulia yang mengungkung kami. Sobat inilah masa yang menentukan hidupku (menjadi salah satu bagian terpenting dalam hidupku) yaitu ketika saya naik kelas 2 sma sekolah, di masa itu sekolah menentukan apakah saya masuk IPA atau IPS. Di masa itu sekolahku menetapkanku masuk IPS, saya kaget dan bertanya bagaimana dengan cita-citaku? (dokter perlu ilmu2x dasar dari IPA)

Sobat, Inilah yang ingin saya ceritakan.
Apakah pantas sekolah memotong harapan anak untuk mencapai cita-citanya? jika alasannya adalah
  • Kemanakan guru IPS kalo semua pengen ke IPA , sobat itulah salah satu alasan mereka. IPS atau IPA sama saja bagiku tapi sobat sekolah didirikan adalah untuk muridnya. Sekolah ada untuk murid (prioritas utama) bukan untuk guru jadi tentulah guru yang menyesuaikan dengan murid.
  • Murid tidak mendekat ke wali kelas, sobat buat apa kita deket sama wali kelas? apakah adil menentukan masuk IPA atau IPS berdasarkan mendekat atau ga mendekatnya ke wali kelas? kalo dibandingkan dengan cita-cita pentingan mana ya?
  • Jumlah kuota untuk IPA 6 kelas dan IPS 2 kelas, sobat itu adalah peraturan sekolah, tapi sobat tak pernah ada peraturan apapun yang mengatur hal tersebut. Kalaupun itu sebuah peraturan, bukankah kita juga punya masalah di DPT pada pemilu ini karena terbentur Undang-undang tapi toh kita juga bisa mengubahnya oleh mahkamah konstitusi. Apalagi peraturan yang mengungkung seperti itu? dibuat oleh sekolah lagi?
  • Satu kelas kan 40 orang (artinya 1 guru 40 siswa) jadi kalo lebih kan melanggar peraturan dirjen, dirjen yang mana dan no berapa? aduh lupa lagi, itupun merupakan jawaban mereka untuk lari dari masalah. Pak itu dulu sekarang ada peraturan baru yaitu PP no.74 2008 tentang guru yang berisi rasio guru yaitu 1 guru 20 orang siswa. Jadi kalo sudah 40 orang (disana 1 kelas 40 orang) itu kan salah jadi klo 41 atau 42 kan tetep salah. Jadi menurut saya tetep dong bukan menjadi alasan utamanya.
  • Nilai? jika alasannya adalah nilai ko aneh ya, ada nilai temenku yang lebih kecil daripada nilaiku ko bisa masuk IPA ya (apa dekat dengan wali kelas ya???) dan tetap menurut saya adalah minat yang utama. Coba bayangkan jika kmu disuruh melakukan sesuatu tetapi kmu tidak suka, apa yang akan kmu lakukan?
  • Bakat, bakat itu dinilai berdasarkan psikotes bukan oleh nilai sekolah dan psikotesku nunjukin ke IPA ko.
Adakah alasan yang cukup kuat untuk menggulingkan cita-cita saya???
Saya masih tetep pengen ke kedokteran UGM!!! Tolonglah saya???

Semoga Tulisan sederhana ini bisa membuka mata kita semua.

Share With Me

8 comments:

  1. Kisahnya di SMA hampir sama dengan waktu saya SMA, waktu itu saya pilih Fisika, dan hendak dimasukkan ke Biologi, tapi karena pilihan saya cuma satu, dan ngotot sampai di sidang, akhirnya saya tetap masuk ke jurusan Fisika, namun harapan saya masuk ke Fisika agar dapat banyak peluang kerja nantinya akhirnya kandas juga karena keliru memilih jurusan di PT.

    ReplyDelete
  2. Gini ajalah, Dek, saya mau cerita.
    Seorang teman saya dulu divonis harus naik ke kelas 3 IPS. Soalnya nilai-nilai IPA-nya jelek. Padahal dia kepingin sekali masuk IPA.

    Orangtuanya mencoba melobi guru, tapi tetap ditolak. Akhirnya apa yang mereka lakukan? Teman saya itu disuruh pindah sekolah, dari Bandung tempat orangtuanya berada, ke Surabaya tempat neneknya. Dan di sebuah SMA di Surabaya itu, teman saya diijinkan masuk IPA.

    Sekarang, teman saya itu sudah jadi arsitek..

    ReplyDelete
  3. @Summase Sanjaya : makasih udah berbagi pengalamannya sob...
    @Vicky Laurentina : Bila kita liat lagi kasusnya sobat Vicky, nilai tak menentukan masuk IPA atau IPS, dan buktinya dia bisa masuk arsitek... bener ga??? makasih yah.. idenya bagus...

    ReplyDelete
  4. klo rejeki ga kemana,,,yg penting tetep berusaha mewujudkannya walau banyak rintangan ^^

    ReplyDelete
  5. dunia emang kezam sob,, keep fight..

    walau jalan yang kita dapat tidak sesuai dengan keinginan kita,, insyaallah akan ada hikmahnya..

    keep try the best for your live,,

    walau wa sampai sekarang belum dapet gelar S.kom walau udah 5 tahun dan pindah ke 2 universitas..

    tapi dalam hati wa tetep bangga terkadang bisa lebih pintar dari yang mempunyai title S.kom :)

    ReplyDelete
  6. berusaha terus dan jangan pernah putus aza sob...

    sukses selalu...

    ReplyDelete
  7. hmmm..terharu mendengar kisahnya...

    ReplyDelete

if you find a broken link, please let me know.....
If you have any question, please feel free to ask...
have a nice day ...